💃 Mendorong Pemakainya Untuk Berperilaku Terhormat Merupakan Fungsi Jilbab Sebagai

Mendorongpemakaiannya untuk berperilaku terhormat merupakan fungsi jilbab sebagai Oleh Admin Diposting pada Juni 22, 2022. Pertanyaan : Mendorong pemakaiannya untuk berperilaku terhormat merupakan fungsi jilbab sebagai
The research was distributed by the presence of one of the factors that affect religious expression, namely globalization. In the tradition of the religious expression of Islam, one of which can be seen through the veil. In Indonesia, the phenomenon of women veiled growing along with the development of the diversity of models and variations of the hijab. In connection with the phenomenon, the authors of driven to do research among academics, headscarves, namely Faculty of Tarbiyah PIE Coed and teacher training UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, which notabenenya as a potential teacher PAI. This type of research is a research field that is descriptive-qualitative. The technique in the determination of the subject of the research that the author use is observation, in-depth interviews and documentation involved, while the analysis of the data using a descriptive-analytic, and ultimately the conclusion. By using the theory of the religious dimension of the Glock and Stark, the results showed first, understanding of the concept of hijab according to female student of PAI as religion teacher candidates not only have a single concept, but rather is composed of five variations, namely 1 Hijab as an obligation in Islam to cover nakedness, 2 Hijab as Muslim identity, 3 Hijab as motivation to form characters, 4 Hijab protectors, 5 the hijab as a form of homage to the women, and 6 Hijab as a Muslim woman's new life style. Second, the influence of the concept of the hijab Coed PAI against religious behavior can be seen from two competence, of the personality and social. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya salah satu faktor yang mempengaruhi ekspresi keagamaan, yaitu globalisasi. Dalam tradisi Islam, ekspresi keagamaan tersebut salah satunya dapat dilihat melalui jilbab. Di Indonesia, fenomena wanita berjilbab semakin meningkat seiring dengan perkembangan keanekaragaman model dan variasi jilbab. Sehubungan dengan fenomena tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian jilbab di kalangan akademisi, yaitu Mahasiswi PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang notabenenya sebagai calon guru PAI. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif-kualitatif. Teknik dalam penentuan subjek penelitian yang penulis gunakan adalah wawancara mendalam, observasi terlibat dan dokumentasi, sedangkan analisis datanya menggunakan deskriptif-analitik, dan pada akhirnya kesimpulan. Dengan menggunakan teori dimensi keagamaan Glock dan Stark, hasil penelitian menunjukkan Pertama, konsep pemahaman tentang jilbab menurut Mahasiswi PAI sebagai calon guru agama tidak hanya memiliki konsep tunggal, melainkan terdiri dari lima variasi, yaitu 1 Jilbab sebagai kewajiban dalam Islam untuk menutup aurat, 2 Jilbab sebagai identitas muslimah, 3 Jilbab sebagai motivasi untuk membentuk karakter, 4 Jilbab sebagai pelindung, 5 Jilbab sebagai bentuk penghormatan kepada kaum wanita, dan 6 Jilbab sebagai gaya hidup baru wanita muslimah. Kedua, Pengaruh konsep jilbab Mahasiswi PAI terhadap perilaku keagamaannya dapat dilihat dari dua kompetensi, yakni dari kepribadian dan sosial. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 190 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X KONSEP JILBAB DAN IDENTITAS KEAGAMAAN PERSEPSI MAHASISWI SEBAGAI CALON GURU PAI Layli Tsurayya Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. laylitsurayya Muhamad Agus Mushodiq Dosen pada Institut Agama Islam Ma’arif NU IAIM NU Kota Metro Lampung Jl. RA. Kartini 28 Purwosari Metro Utara Kota Metro Lampung agusmushodiq92 Diterima 25 September 2018 Disetujui 11 Desember 2018 Abstract In the tradition of the religious expression of Islam, one of which can be seen through the veil. In Indonesia, the phenomenon of women veiled growing along with the development of the diversity of models and variations of the hijab. In connection with the phenomenon, the authors of driven to do research among academics, headscarves, namely Faculty of Tarbiyah PIE Coed and teacher training UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, which notabenenya as a potential teacher PAI. This type of research is a research field that is descriptive-qualitative. The technique in the determination of the subject of the research that the author use is observation, in-depth interviews and documentation involved, while the analysis of the data using a descriptive-analytic, and ultimately the conclusion. By using the theory of the Glock and Stark, the results showed first, understanding of the concept of hijab according to female student of PAI as religion teacher candidates not only have a single concept, but rather is composed of five variations, namely 1 Hijab as an obligation in Islam to cover nakedness, 2 Hijab as Muslim identity, 3 Hijab as motivation to form characters, 4 Hijab protectors, 5 the 191 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X hijab as a form of homage to the women, and 6 Hijab as a Muslim woman's new life style. Second, the influence of the concept of the hijab Coed PAI against religious behavior can be seen from two competence, of the personality and social. Key Word hijab, female student, competence, islamic studies Abstrak Dalam tradisi Islam, ekspresi keagamaan tersebut salah satunya dapat dilihat melalui jilbab. Di Indonesia, fenomena wanita berjilbab semakin meningkat seiring dengan perkembangan keanekaragaman model dan variasi jilbab. Sehubungan dengan fenomena tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian jilbab di kalangan akademisi, yaitu Mahasiswi PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang notabenenya sebagai calon guru PAI. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif-kualitatif. Teknik dalam penentuan subjek penelitian yang penulis gunakan adalah wawancara mendalam, observasi terlibat dan dokumentasi, sedangkan analisis datanya menggunakan deskriptif-analitik, dan pada akhirnya kesimpulan. Dengan menggunakan teori Glock dan Stark, penelitian ini menunjukkan hasil Pertama, konsep pemahaman tentang jilbab menurut Mahasiswi PAI sebagai calon guru agama tidak hanya memiliki konsep tunggal, melainkan terdiri dari lima variasi, yaitu 1 Jilbab sebagai kewajiban dalam Islam untuk menutup aurat, 2 Jilbab sebagai identitas muslimah, 3 Jilbab sebagai motivasi untuk membentuk karakter, 4 Jilbab sebagai pelindung, 5 Jilbab sebagai bentuk penghormatan kepada kaum wanita, dan 6 Jilbab sebagai gaya hidup baru wanita muslimah. Kedua, Pengaruh konsep jilbab Mahasiswi PAI terhadap perilaku keagamaannya dapat dilihat dari dua kompetensi, yakni dari kepribadian dan sosial. Kata Kunci Jilbab, Mahasiswi, kompetensi, Pendidikan Agama Islam A. Pendahuluan Globalisasi mempengaruhi perilaku keagamaan atau ekspresi keagamaan umat Islam. Perilaku keagamaan dalam Islam bisa dilihat dari banyak hal, seperti halnya dalam berpakaian. Dalam tradisi Islam, pakaian yang melukiskan keberagamaan seorang wanita adalah 192 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X melalui Jilbab yang sejatinya berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini cenderung dipergunakan sebagai trend center dunia fashion. Pemakaian jilbab yang sedang ramai ini didukung oleh semakin banyaknya keragaman bentuk dan model jilbab sehingga banyak remaja muslim Indonesia yang memakainya dengan maksud mempercantik diri. Mereka berlomba-lomba dalam memadu-padankan antara pemakaian jilbab dengan busana yang dikenakan. Perubahan sosial yang terjadi ini ikut mempengaruhi pemaknaan jilbab bagi setiap pemakainya. Jilbab yang dimaknai sebagai simbol agama atau identitas keberagamaan seorang wanita ini memiliki peran positif pada diri pemakainya secara psikologis. Senada dengan hal itu, sebagaimana dikutip dari buku Quraish Shihab, Kefgen dan Touchhie-Speche berargumen bahwa jilbab memiliki tiga fungsi, ketiganya adalah diferensiasi, perilaku, dan emosi. Fungsi diferensiasi yang dimaksud adalah jilbab dapat membedakan dirinya dengan kelompok lain serta memberikan identitas keislaman. Begitu juga dengan fungsi jilbab sebagai perilaku, pemakaian jilbab mem-pengaruhi pemakainya untuk berperilaku sesuai dengan citra diri seorang muslimah. Adapun jika digunakan secara massal oleh suatu kelompok, maka jilbab dapat mendorong emosi keagamaan kelompok Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam penerapannya, salah satu mahasiswi PAI UIN Sunan Kalijaga Angkatan 2013 berpendapat bahwa, “Jilbab itu bukan suatu kewajiban yang mengekang, namun itulah pakaian yang baik buat seorang wanita, kalau kita menggunakan jilbab kita akan lebih tercover, tercover dari hati maupun dari luar. Jilbab itu seperti ada motivasi tersendiri untuk merubah karakter kita dan karakter itu menyesuaikan seperti apa yang saya pakai.”3 1 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar Musaddad, “Hubungan antara Jilbab dengan Perilaku Islami”, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Hidayatullah, Jakarta. 2008 2 M. Quraish Shihab, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah Pandangan Ulama Masa lalu dan cendekiawan kontemporer, JakartaLentera Hati, 2004, h. 34 3 Hasil wawancara dengan informan O pada hari Kamis, tanggal 14 April 2016 pukul di lantai 1 Fakultas Syari‟ah 193 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X Di dalam konteks sejarahnya, jilbab digunakan oleh wanita untuk melindungi diri dari gangguan laki-laki yang tidak memiliki sopan santun dan untuk membedakan antara dirinya sebagai wanita yang merdeka dengan wanita budak. Terutama ketika Islam berkuasa dan berjaya menguasai dunia pada masa kerajaan Utsmaniyah, banyak orang-orang Barat yang mengikuti gaya berjilbab wanita muslimah, yakni lebar, panjang, dan bercadar. Sebagaimana yang dipraktikkan oleh Ratu Austria yang mengenakan cadar dan pakaian panjang di tengah-tengah rakyatnya yang notabene Data-data di atas diperkuat oleh hasil temuan peneliti bernama Fadwa El Guindi yang telah melakukan observasi langsung seputar masalah jilbab. Penelitiannya tersebut dilakukan selama 30 bulan riset lapangan dan 12 tahun observasi yang berada di wilayah lembah Zapotec Oaxaca. Menurutnya, jilbab menunjukkan kedewasaan dan identitas kehormatan wanita. Di Indonesia sendiri istilah jilbab telah dipopulerkan oleh ibu Fatmawati, istri presiden pertama Indonesia. Dalam hal ini ibu Fatmawati seakan hendak menunjukkan pada dunia bahwa apa yang dipakainya saat itu merupakan pakaian khas Jadi, ketika itu jilbab lebih kental menjadi simbol identitas kebangsaan. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa jilbab merupakan lambang ketinggian derajat, kemuliaan dan kemerdekaan kaum wanita. Namun, fenomena belakangan ini yang terjadi adalah jilbab yang seharusnya merupakan tanda kemuliaan wanita mengalami pergeseran makna. Pergeseran makna tersebut disebabkan oleh adanya motivasi lain dalam pemakaian jilbab yang tidak berdasarkan syariat Islam, yang dikenal dengan istilah Jilboobs. Jilboobs adalah sebutan untuk menyindir wanita yang mengenakan jilbab namun masih menampakkan bentuk lekuk tubuhnya. Pemakai jilboobs 4 diakses pada hari Kamis, 26 Mei 2016 pukul 5 Fathonah “Jilbab, Hijab dan Aurat Perempuan Antara Tafsir Klasik, Tafsir Kontemporer dan Pandangan Muslim Feminis” Jurnal Studi KeIslaman, Volume 3, Nomor 1, Maret 2013, h. 1 194 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X biasanya menggunakan jilbab yang pendek dengan baju atasan atau celana yang ketat, memakai leging dan baju yang Menurut Hannie Hananto sebagai desainer busana muslim, istilah jilboobs pada mulanya merupakan sindiran untuk wanita yang memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang rendah mengenai mengenai aturan jilbab dalam Fenomena ini menunjukkan bahwa berjilbab saja tidaklah cukup. Jilbab yang seharusnya menunjukkan kedudukan wanita yang terhormat mengalami per-geseran makna di sebagian masyarakat. Hal ini tidak sesuai dengan esensi jilbab itu sendiri seperti yang sudah peneliti kemukakan di atas. Jilbab merupakan kain yang diperuntukkan untuk wanita muslimah berfungsi untuk menutupi auratnya dengan baik. Seperti penuturan dari salah satu mahasiswi yang memahami bahwa jilbab yang selayaknya dipakai wanita muslimah, “Jilbab yang saya pahami itu sampai menutupi dada, tidak menampilkan lekuk tubuh seorang wanita. Dapat melindungi kita dari godaan laki-laki dan tidak mengundang laki-laki untuk tergoda dengan kita.”8 Perilaku keberagamaan yang tercermin dalam jilbab menjadi poin menarik terlebih jika dikaitkan dengan calon guru agama, khususnya Mahasiswi PAI di Fakultas Tarbiyah. Hal ini bertujuan untuk membantu dan membiasakan mahasiswi yang notabenenya sebagai calon guru Agama Islam menjadi berkarakter karena kelak menjadi model bagi peserta didik. Seorang guru Agama Islam dipandang oleh sebagian masyarakat sebagai tolak ukur keberhasilan akhlak peserta didik. Terlebih dengan banyaknya kasus dan perilaku kriminal yang sebagian besar menimpa pelajar di bawah umur, seperti pelecehan seksual, pemerkosaan anak-anak dan lebih sadisnya adalah 6 Pratomo, Yulistyo 7 Agustus 2014. "'Istilah Jilboobs penghinaan bagi perempuan berjilbab'". Diakses pada hari Selasa, tanggal 24 Mei 2016 pukul 7 metamorfosis-esensi-jilbab-fenomena-tapi-bukan-tren-fashionmuslim_54f5d9f0a33311424f8 b472e diakses pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2016 pukul 8 Hasil wawancara dengan informan H pada hari Sabtu 12 April 2016 pukul di masjid kampus UIN Sunan Kalijaga 195 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X dibarengi dengan kasus pembunuhan. Oleh karena itu, maka diperlukan seorang guru yang menampilkan model dengan karakter tertentu, dalam hal ini adalah dari pembiasaan jilbab yang tepat sesuai syariat. Meskipun tidak dapat menjamin menumpas seluruh kasus tersebut, namun melalui berpakaian yang baik, berhati-hati dalam segala tindakan dan tidak menggoda lawan jenis dapat diajarkan kepada peserta didik sebagai pelindung bagi keselamatan mereka. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kajian ini memfokuskan pada perilaku keagamaan mahasiswi yang tercermin dalam berjilbab dengan subjek penelitiannya adalah Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Angkatan 2013 sebanyak 20 orang. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Glock & Stark, yakni dimensi-dimensi keberagamaan. menurut kedua tokoh tersebut, terdapat lila dimensi keberagamaan pada diri seseorang, yaitu dimensi keyakinan, dimensi pengetahuan agama, dimensi praktik agama atau ritual keagamaan, dimensi pengalaman, dan dimensi pengamalan agama. Dengan menggunakan kelima dimensi keagamaan tersebut, maka akan membantu peneliti untuk mengetahui seperti apa keyakinan agama mahasiswi, bagaimana relasinya dengan sesama manusia dan Tuhannya serta untuk mengetahui dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi. Bermula dari dimensi keyakinan yang berisi tentang harapan seseorang terhadap agama yang dianutnya dengan jalan meyakini, mengakui dan mengikuti kebenaran dari ajaran agamanya, kemudian dimensi praktik menunjukkan pada kepatuhan umat muslim dalam menjalankan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan agamanya. Setelah mem-praktikkan kepatuhan yang diyakininya, maka seseorang tersebut akan memiliki pengalaman tersendiri yang masuk dalam jiwanya, kemudian setelah itu memperoleh pengetahuan tentang agama yang diyakininya, pengetahuan yang semakin lama semakin berkembang, dan pada akhirnya komitmen dengan agama yang dianutnya yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. 196 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X B. Dimensi Keberagamaan Glock dan Stark Glock dan Stark dua tokoh psikologi yang terkemuka, mengatakan bahwa ada lima macam dimensi keberagamaan sebagai indikator untuk mengetahui keberagamaan seseorang, yaitu 1 Dimensi keyakinan Ideologi yang berisi pengharapan-pengharapan di mana religiusitas berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran-kebenaran. Keyakinan atau dalam istilah yang dipakai oleh Djamaludin Ancok adalah akidah Islam, pada dasarnya sudah tertanam sejak manusia ada dalam alam azali pra-kelahiran. Akidah akan terpelihara dengan baik apabila perjalanan hidup seseorang diwarnai dengan penanaman tauhid yang Menurut Maududi, dasar segala bentuk ketaatan dan kepatuhan di dalam Islam adalah Dimensi keyakinan dalam penelitian ini adalah tentang keyakinan mahasiswi terhadap anjuran berjilbab dalam Islam. Unsur keyakinan dalam diri mahasiswi menjadi landasan tentang pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang meyakini bahwa jilbab itu indah, baik dan bermanfaat maka ia akan semakin mendalami lagi pengetahuan tentang jilbab dan hal-hal yang terkait dengan makna jilbab dalam ajaran Islam. ciri-ciri dari ideologi atau keyakinan itu sendiri adalah taat dan patuh terhadap perintah Tuhan, taqwa; menjalankan semua kewajiban yang diperintahkan Tuhan dan meninggalkan yang dilarang oleh Tuhan., dan meyakini semua apa yang sudah diperintahkan oleh Tuhan adalah yang terbaik untuk kehidupan manusia, 2 dimensi pengetahuan agama Intelektual yang berkaitan dengan pengetahuan tentang ajaran agama yang dianut dan diyakininya. Seseorang yang beragama baik pada dasarnya telah mengetahui berbagai ilmu atau pengetahuan yang mendalam mengenai agama yang diyakininya tersebut. Adapun ciri dari pengetahuan agama mahasiswi terhadap jilbab tersebut 9 Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam.Jakarta Pustaka Pelajar, 2011 h. 81 10 Husein Shahab, Hijab menurut al-Qur’an dan al-Sunah Pandangan Muthahhari dan al-Maududi, Bandung Mizan, 2013, h. 2 197 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X adalah mengetahui landasan dan hukum berjilbab, mengetahui tujuan berjilbab, mengetahui dampak positif berjilbab terhadap perilaku keagamaannya, dan mengetahui konsekuensi berjilbab dalam kesehariannya. Tingkat pengetahuan seseorang dalam memahami ajaran agamanya dipengaruhi oleh faktor usia. Luella Cole, seorang psikolog pakar masalah remaja, mengajukan pembagian masa remaja sebagai berikut Preadolescence atau pra-remaja terjadi pada usia 11-13 thn pr; 13-15 thn lk, Early adolescemce atau remaja pemula terjadi pada usia 13-15 thn pr; 15-17 thn lk, Middle adolescence atau remaja madya pada usia15-18 thn pr; 17-19 thn lk dan Late adolescence atau remaja akhir pada usia 18-21 thn pr; 19-21 thn lk.11 Dalam The Development of Religious on Children, Ernest Harms mengungkapkan bahwa perkembangan agama pada anak-anak ditentukan oleh tingkat usia mereka. Perkembangan tersebut pula oleh perkembangan berbagai aspek kejiwaan, termasuk perkembangan Perubahan dan perkembangan yang berlangsung tidak hanya terjadi pada aspek ragawi, tetapi juga dalam kemampuan berpikir, alam perasaan, arah minat, sikap, lingkungan pergaulan, rasa keagamaan, dan sebagainya, yang semuanya adalah perkembangan kepribadian secara menyeluruh meliputi dimensi-dimensi ragawi, kejiwaaan, kemasyarakatan dan keruhanian, 3 Dimensi Praktik Agama Ritual yang mencakup pada semua perilaku ritual keagamaan atau pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan untuk menunjukkan komitmen dan ketaatan terhadap agama yang dianut dan diyakininya. Perilaku keagamaan merupakan suatu tingkah laku manusia yang berhubungan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Dimensi praktik keagamaan dalam penelitian ini adalah praktik keagamaan atau ekspresi keagamaan mahasiswi dalam 11 Luella Cole, Psychology of Adolescence. Holt Rinebart and Winston,New York, 1953, dikutip dari buku Hanna Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1997, h.. 165 38 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung Pustaka Setia, 2015, h.. 80 12 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung Pustaka Setia, 2015, h. 80 198 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X berjilbab. Sebagai calon guru Agama Islam, praktik berjilbab sangat penting terkait profesi mereka. Jilbab identik dengan ajaran Islam yang melambangkan kemuslimahan seseorang. Ciri-ciri dari dimensi praktik ini adalah memakai jilbab dengan tidak menampakkan lekuk tubuhnya, memakai jilbab sampai menutupi dada, tidak memakai jilbab yang transparan, dan tidak berlebih-lebihan dalam memakai jilbab, seperti terlalu pendek dan terlalu panjang, 4 dimensi pengalaman/penghayatan Experience yang berisi fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu saat akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai akhir kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural. Mengenai penghayatan dan pemahaman keagamaan, Allport menyatakan bahwa pada umumnya para remaja menunjukkan perubahan sikap terhadap dan 5 dimensi pengamalan Consequential Dimensi dengan komitmen agama yang dianut seseorang yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Konsep Jilbab Mahasiswi PAI a Dimensi Keyakinan Berjilbab Mahasiswi Dimensi keyakinan agama ini berisi mengenai peng-harapan-pengharapan yang ada dalam diri mahasiswi PAI dan mengakui kebenaran-kebenaran dari ajaran agama Islam mengenai anjuran berjilbab. Pada dimensi ini, para mahasiswi meyakini bahwa Islam merupakan agama yang mulia, memiliki ajaran yang baik, dan sebagai rahmat bagi umat manusia. Mereka juga meyakini bahwa jilbab merupakan pakaian terbaik bagi seorang wanita muslimah. Di samping 13 Gordon W. Allport, The Individual and His Religion, The Macmillan Company; 1962. 32-36. dikutip dari buku Hanna Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1997, h.. 165 199 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X memberikan nuansa kesejukan dan keanggunan bagi orang yang memandang, jilbab juga akan memberikan nilai kehormatan kepada seorang wanita. Dari hasil wawancara dengan 20 mahasiswi, dapat disimpulkan bahwa keyakinan mahasiswi PAI UIN Sunan Kalijaga tentang anjuran berjilbab dalam Islam sudah tergolong baik. Keyakinan atau akidah Islam yang dimiliki oleh mahasiswi, pada dasarnya sudah tertanam sejak mereka ada dalam alam azali pra-kelahiran. Akidah mereka akan terpelihara dengan baik apabila perjalanan hidupnya diwarnai dengan penanaman tauhid yang memadai. Penanaman tauhid tersebut dapat berasal dari lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan terdekat, kemudian lingkungan sekolah dan lingkungan sosialnya. Dengan memiliki informasi yang benar yang berlandaskan Alquran dan as-Sunnah, maka janji manusia untuk mengakui kekuasaan Tuhan akan terpelihara. b Dimensi Pengetahuan Agama Mahasiswi Tentang Jilbab Pengetahuan agama mahasiswi PAI tentang jilbab ini tumbuh dan berkembang melalui berbagai proses, di antaranya seperti proses interaksi dengan anggota keluarga, interaksi dengan tokoh-tokoh intelektual, interaksi dengan masyarakat sekitar, dan interaksi dengan lingkungan sekolahnya. Pengetahuannya tersebut akan mendorong mahasiswi meyakini agamanya dengan sepenuh hatinya dan mengembangkan pengetahuannya agar selalu berperilaku sesuai dengan apa yang sudah diperoleh. Dari penilaian dimensi pengetahuan mahasiswi tentang jilbab, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswi PAI UIN Sunan Kalijaga mempunyai pengetahuan agama yang cukup luas dan bervariasi mengenai jilbab, baik dilihat dari segi makna dan tujuannya. Pemahaman mahasiswi terkait pengetahuan agama dan jilbab relatif sama. Hal ini karena 200 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X penjelasan mereka sesuai dengan penjelasan dalam ajaran Islam. Dengan memiliki pengetahuan agama yang baik tentang jilbab dalam Islam, maka keyakinan mahasiswi terhadap hukum-hukum Allah dan kekuasaan Allah akan menjadi semakin Pengembangan pengetahuan ditentukan oleh beberapa faktor, dan faktor tersebut yang membedakan tingkat pemahaman mahasiswi yang satu dengan yang lainnya. Adapun yang membedakan tinggi rendahnya pengetahuan mereka adalah adanya faktor internal yang meliputi kondisi emosional mahasiswi atau motivasi yang melatarbelakangi dan perkembangan usianya, dan faktor eksternal berupa pengaruh luar yang dialaminya. Pertama, faktor internal. Perkembangan usia dan perkembangan jiwa keagamaan mahasiswi tidak dapat dihilangkan begitu saja. Meskipun tingkat usia bukan merupakan satu-satunya faktor penentu dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang. Dari hasil wawancara sejumlah 20 mahasiswi, didapatkan hasil sebanyak 15 orang mahasiswi berada pada usia 20 tahun, 4 orang mahasiswi berada pada usia 21 tahun, dan 1 orang mahasiswi berada pada usia 22 tahun. Kedua, faktor eksternal. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak dilahirkan. Pembinaan nilai-nilai agama oleh kedua orangtua di dalam keluarga menjadi faktor bagaimana dorongan keberagamaan seorang anak tersebut apakah menjadi penganut yang taat ataukah biasa saja. Adapun yang termasuk faktor eksternal di sini adalah meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswi terkait konsep pemahaman jilbab di atas, mereka sama-sama 14 Zakiah Daradjat, Pendidikan dan Kesehatan Mental, Jakarta Bulan Bintang, 1976, hlm. 57 201 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X berpendapat bahwa jilbab adalah suatu kewajiban bagi wanita, tidak hanya itu, mereka juga berpendapat bahwa jilbab sebagai identitas wanita muslimah. Bangunan pengetahuan yang mereka dapatkan berlandaskan syariat Islam ini didasari oleh peran pendidikan di dalam keluarga, kemudian belajar-mengajar di lingkungan sekolah, tidak hanya pendidikan formal namun juga nonformal, seperti TPA atau madrasah kelas sore. Melalui tahap-tahap tersebut maka mahasiswi mendapatkan pengetahuan yang lebih luas mengenai jilbab, kemudian mereka mengembangkan pengetahuannya ke dalam lingkungan sosial melalui proses sosialisasi. 2. Pengaruh Jilbab terhadap Perilaku Mahasiswi PAI a Praktik Berjilbab Mahasiswi PAI Dimensi selanjutnya dalam penilaian perilaku keagamaan mahasiswi yaitu praktik berjilbab mahasiswi. Keyakinan dan pengetahuan dalam beragama yang dianut mahasiswi akan mendorong penampilannya untuk berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Ekspresi keberagamaan mahasiswi diukur atau ditampilkan dalam sebuah berpakaian yaitu berjilbab. Tetapi tidak semua gaya berjilbab yang ditampilkan mahasiswi itu mencerminkan atau menunjukkan kondisi kehidupan agama masing-masing secara utuh. Ekspresi keagamaan mahasiswi dalam berjilbab tidak hanya sekedar dari penampilan fisiknya saja yang terbalut oleh kain panjang, namun juga pada aktivitas yang ghaib seperti kekhusyukan dalam beribadah, namun peneliti tidak menganalisis perihal aktivitas peribadatan mereka secara menyeluruh, peneliti hanya membahas mengenai konsep jilbab mereka terhadap perilaku keagamaan mereka sesuai dengan fokus penelitian ini. Praktik berjilbab mahasiswi yang penulis temukan dari hasil wawancara ada dua kategori, yaitu 202 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X 1 Praktik Jilbab Sebagai Kebiasaan Praktik jilbab di kalangan mahasiswi tidak serta merta karena mereka sudah memahami perintah berjilbab dengan baik. Pandangan ini tidak muncul dengan sendirinya, melainkan berproses dari tahap awal. Berawal dari suatu peraturan yang diwajibkan oleh pihak sekolah, mereka mulai mengenal jilbab dengan baik, baik dari hasil peniruan daripada guru agamanya atau dari melihat hal lain yang mendorongnya bahwa jilbab itu baik, meskipun hanya digunakan sebatas pakaian formalitas. Sesuai dengan perkembangan usia seseorang, maka tingkat kedewasaan juga akan mengikutinya. Demikianlah yang terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan pemikiran mahasiswi. Melalui proses pembiasaan, mereka mulai memahami dan menyadari tentang makna jilbab yang sesungguhnya. Kebiasaan adalah suatu hal yang memberikan sifat dalam pikiran, keyakinan, keinginan dan percakapan; kemudian setelah seorang mahasiswi berada pada tahap dan sifat kebiasaan ini, maka mahasiswi tersebut akan terus mengulangnya karena timbulnya rasa suka berupa kenyamanan dan kesenangan terhadap apa yang sudah dilakukannya tersebut, yaitu menutup aurat dengan jilbab. 2 Praktik Jilbab Sebagai Aktualisasi Syari’at Menggunakan jilbab merupakan salah satu wujud menjalankan perintah kewajiban Tuhan. Pandangan ini di kalangan Mahasiswi PAI sebagai bentuk dari kesadaran dalam menjalankan ajaran agamanya. Sebagaimana dimensi pengetahuan keagamaan mahasiswi di atas, pada praktik ini mereka sudah berada pada taraf pemikiran yang sudah lebih maju dari praktik sebelumnya, yakni karena faktor kebiasaan. Pada tahap ini, mereka sudah sedikit banyak mengetahui 203 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X dengan baik landasan-landasan ayat al-Qur‟an perihal kewajiban Dengan senantiasa menggunakan jilbab, maka seorang wanita akan merasa lebih terjaga dan aman dari tingkah laku lawan jenis yang usil. Di samping merasa aman, ia juga akan merasakan nyaman dengan memakai jilbab dalam kesehariannya. Melalui pemakaian jilbab berarti seorang wanita muslimah ikut serta memelihara diri dari hal-hal yang menjerumuskan ke neraka, sebagaimana diketahui, bahwa mengumbar-umbar aurat adalah termasuk perbuatan dosa. Hal ini sesuai dengan yang peneliti temui tentang praktik mereka menggunakan jilbab. Seiring dengan produksi jilbab secara besar-besaran yang melahirkan beragam mode, mereka menggunakan jilbab dengan berbagai macam mode sesuai dengan yang tengah berkembang saat ini di pergaulan anak muda. Mode jilbab yang mereka pakai dengan ciri khas dan istilah yang unik, seperti model kerudung Turki, dengan mode segi empat dengan motif yang relatif rame, berbunga-bunga, dengan warna-warna yang lebih mencolok, dengan pemakaian yang agak sederhana dan simple, cukup sedikit diputar ke belakang dan menutupi dada. Pashmina classic model selendang panjang, dengan motif yang beragam, mulai dari bunga-bunga, kotak-kotak, dengan warna yang beragam serta mencolok, dan kombinasi warna dalam satu bentuk cara pemakaian jenis jilbab satu ini relatif lebih rumit dan ribet, karena bentuknya yang persegi panjang, yang berbeda dengan jenis jilbab lainnya. Model jilbab/kerudung scrafft London styles, jilbab Syria, jilbab segi empat katun Paris-payet dan tanpa payet yang bahannya tipis, ringan dan lebih lentur, sehingga mudah untuk dibentuk, dililitkan ke samping kanan dan kiri dan ke atas kepala. Jilbab segi empat dengan bahan 15 Yusron Rozak, dkk. Pendidikan Agama, Jakarta Uhamka Press, 2001, h. 25 204 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X yang sama dengan katun Paris dan diberi bordir dan jilbab segi empat yang berbahan tebal, tidak nerawang dan panjang ke bawah, biasanya hanya memiliki warna polos tanpa ada motif-motifnya b Dimensi Pengalaman atau Penghayatan Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seorang mahasiswi selama berjilbab, baik karena faktor kebiasaan maupun pemahaman syariat. Dimensi pengalaman atau penghayatan ini dimensi yang menyertai keyakinan, pengamalan atau peribadatan. Dimensi penghayatan menunjuk kepada seberapa jauh tingkat mahasiswi dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan serta pengalaman-pengalaman religius selama menggunakan jilbab. Dalam keberislaman, meyakini dan menghayati kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan, keimanan, dan nilai-nilai lain yang dianggap berharga ini terwujud ketika sudah memiliki perasaan dekat/akrab dengan Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tenteram bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakkal pasrah diri secara positif kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat al-Qur’an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Perasaan-perasaan seperti ini dapat dialami oleh seorang mahasiswi ketika mereka sudah benar-benar yakin dan tawakkal terhadap semua yang sudah diwajibkan yaitu menutup auratnya dengan jilbab. Berdasarkan penuturan dari beberapa mahasiswi di atas, dapat dilihat bahwa mereka merasakan ketenangan, 16 Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global, Yogyakarta Kurnia Kalam Semesta, 2014, h. 276 205 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X keamanan dan ketenteraman dalam jiwanya. Mereka semua berada pada kondisi yang sehat mental jasmani dan rohaninya seperti yang penulis amati secara langsung dengan mereka. Pelaksanaan ibadah yang dilakukan secara rutin seperti, shalat, puasa, berbuat baik kepada sesama teman, zikir dan dilengkapi dengan berjilbab ikut berpengaruh dalam menanamkan keluhuran budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhan yang setia. Peribadatan yang dilakukan setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna. c Dimensi Pengamalan atau Konsekuensi Konsekuensi komitmen agama berlainan dari ke-empat dimensi di atas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan mahasiswi dari hari ke hari. Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan mahasiswi berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran Islam, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam dimensi ini meliputi kemampuan mahasiswi dalam menyelaraskan antara jilbab yang digunakan terhadap perilaku keagamaannya. Sebagai konsekuensi dari keyakinannya tentang anjuran perintah jilbab dalam Islam, pengetahuan agamanya, praktiknya dan penghayatannya, sebagai calon guru Agama Islam mereka sudah menanam sikap dan sifat terpuji yang selayaknya dimiliki oleh seorang guru. Pengaruh jilbab secara psikologis ini dapat dilihat dari aspek kepribadian dan kemampuan bersosialisasi mahasiswi terhadap dunia luarnya. Hal ini seperti yang penulis amati ketika melakukan penulisan, baik di lingkungan kampus maupun luar kampus. Penjelasan detail mengenai pengaruh tersebut adalah sebagai berikut 206 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X a Kompetensi Kepribadian Kepribadian guru merupakan suatu masalah yang abstrak yang hanya dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, serta cara berpakaiannya. Jilbab yang dipakai oleh mahasiswi PAI ini mampu memberikan dorongan secara psikologis bagi diri mereka untuk berbuat lebih baik. Kepribadian dan kemampuan mereka dalam bersosialisasi sudah baik, seperti yang penulis temui apa adanya di lokasi lapangan, baik di lingkungan kampus maupun luar kampus. Di samping belajar di kelas, mereka juga kerap mengikuti kegiatan keagamaan, seperti bedah buku Islami di GOR UNY, workshop, belajar tilawah di organisasi al-Mizan, dan aktif menghadiri kajian ke-Islaman. Mereka juga memiliki kemandirian untuk membantu meringankan beban orangtuanya, seperti kerja sampingan sebagai pramusaji untuk menambah uang saku, mengajar Les privat anak-anak, mengajar Iqra di sekolah, penulis buku, dan lain-lain. Dapat disimpulkan dari data wawancara yang sudah peneliti lakukan, bahwa kepribadian seorang guru agama dipengaruhi oleh jilbab. Jilbab dalam arti bagaimana kekonsistenan seorang guru dalam mengenakan jilbab, bagaimana jilbab mengatur ucapan dan tindakan yang muncul dari dalam diri seorang guru ketika di dalam kelas dan luar kelas, dan bagaimana peran jilbab mempengaruhi seorang guru untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Inilah yang peneliti dapatkan juga ketika meneliti tentang konsep jilbab mahasiswi PAI sebagai calon guru agama Islam. b Kompetensi Sosial Melihat perkembangan derasnya arus globalisasi saat ini, memacu semangat mahasiswi untuk memiliki ide-ide dalam mengajarkan ilmu agama kepada peserta didik 207 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X agar mudah diterima oleh mereka. Ilmu agama yang seringkali diajarkan oleh anak selama ini cenderung monoton berkutat dan stagnan pada metode ceramah, sehingga anak-anak mudah merasa bosan dan kurang tertarik kepada pelajaran agama, khususnya dalam mengajari anak-anak didik untuk menutup aurat. Berdasarkan pengalaman yang sudah mereka alami, mereka berinisiatif untuk mengajarkan perintah menutup aurat dengan ide dan gaya yang baru. Selain sebagai seseorang yang bertugas melakukan transfer of knowledge, guru juga sebagai seorang motivator dan fasilitator bagi proses belajar peserta didiknya. Seorang motivator adalah seseorang yang mampu memberikan motivasi dan semangat kepada peserta Dilihat dari ide kreatifnya, mahasiswi tersebut sudah memahami dengan baik bagaimana kelak mereka akan mengajarkan ilmu agama kepada peserta didiknya. Sifat sebagai seorang pendidik sudah mereka miliki, yakni memiliki sikap yang tanggap dan responsif terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia, yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola pikir peserta Mahasiswi membekali kemampuannya dengan cara berinteraksi, berkomunikasi dengan baik kepada keluarga, teman, dan membiasakan dirinya untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial yang berada di sekitarnya. Kegiatan yang diwadahi oleh pihak kampus memberikan banyak manfaat terhadap pola pikir dan perilaku bagi mahasiswi. Adapun organisasi tersebut seperti Tarbiyah News, Al-Mizan, LDK, KAMMI dan organisasi di luar 17 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung PT Remaja Rosdakarya, 1992, h. 1 18 Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta Rajawali Press, cet-3, 2012, h. 139 208 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X kampus lainnya, seperti karang taruna muda mudi, mengajar TPA dan lain-lain. Melalui acara sosial yang biasanya diadakan, seperti silaturahmi ke panti asuhan melatih pribadi mereka untuk mampu berkomunikasi dengan baik. Dengan memiliki akhlak yang baik, dapat memudahkan sabagai seorang guru agama dalam mensosialisasikan ajaran Islam. Karakter terpuji yang sudah menjelma dalam diri seseorang akan terjadi secara spontanitas tanpa ada pemikiran panjang terlebih dahulu. Peserta didik akan merasa lebih yakin jika guru yang mengajarkannya berperilaku sesuai dengan apa yang disampaikannya. Hemat peneliti, guru yang ideal dan layak menjadi panutan adalah guru yang mampu menyelaraskan antara perkataan dengan perbuatannya secara langsung. Dalam tahap penyelarasan tersebut, maka di butuhkan suatu proses bagi seorang guru untuk mensin-kronkan kedua aspek tersebut, seperti menggali lebih dalam lagi belajar agama dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Ketika seseorang memiliki berbagai multidisiplin ilmu pengetahuan, mereka cenderung lebih bersifat inklusif dengan tidak fanatik terhadap satu disiplin ilmu saja. Interaksi dan integrasi keilmuan yang lebih intens dan lebih padu antara “ilmu-ilmu agama” dengan “ilmu-ilmu umum”, termasuk yang berkaitan dengan sains-teknologi akan menghasilkan dampak positif bagi kemajuan Pendidikan Agama Islam. D. Kesimpulan Konsep pemahaman tentang jilbab menurut Mahasiswi PAI Jurusan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Angkatan 2013 sebagai calon guru agama tidak hanya memiliki konsep tunggal, terlebih jika dikaitkan dengan budaya pop pop culture saat ini, di antaranya 1 Jilbab sebagai kewajiban Islam, 209 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X 2 Jilbab sebagai identitas muslimah, 3 Jilbab sebagai motivasi pembentuk karakter, 4 Jilbab sebagai pelindung, 5 Jilbab sebagai bentuk penghormatan wanita, dan 6 Jilbab sebagai gaya hidup wanita muslimah. Pengaruh konsep jilbab Mahasiswi PAI sebagai calon guru PAI terhadap perilaku keagamaannya dapat dilihat dari dua kompetensi, yakni dari kepribadian dan sosial. Kompetensi kepribadiannya adalah kreatif dan inovatif, dewasa, sopan dalam bertutur kata dan bertindak. Adapun dari kompetensi sosialnya adalah kemampuan mereka dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik terhadap orang-orang di sekitarnya.[] Daftar Pustaka Arifin, Bambang Syamsul, Psikologi Agama, Bandung Pustaka Setia, 2015 Cole, Luella, Psychology of Adolescence. Holt Rinebart and Winston,New York, 1953, dikutip dari buku Hanna Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1997 Daradjat, Zakiah, Pendidikan dan Kesehatan Mental, Jakarta Bulan Bintang, 1976 Daud Fathonah K., “Jilbab, Hijab dan Aurat Perempuan Antara Tafsir Klasik, Tafsir Kontemporer dan Pandangan Muslim Feminis” Jurnal Studi KeIslaman, Volume 3, Nomor 1, Maret 2013. Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, Jakarta Pustaka Pelajar 2011 diakses pada hari Kamis, 26 Mei 2016 pukul metamorfosis-esensi-jilbab-fenomena-tapi-bukan-tren-fashion muslim_54f5d9f0a33311424f8b472e diakses pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2016 pukul 210 Layli Tsurayya & Muhamad Agus Mushodiq Konsep Jilbab dan Identitas Keagamaan Persepsi Mahasiswi Sebagai Calon Guru PAI Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 02; Nomor 2, Des 2018 p-ISSN 2579-3241; e-ISSN 2579-325 X Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global, Yogyakarta Kurnia Kalam Semesta, 2014 Diakses pada hari Selasa, tanggal 24 Mei 2016 pukul Musaddad, Anwar “Hubungan antara Jilbab dengan Perilaku Islami”, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Hidayatullah, Jakarta. 2008 Shahab, Husein, Hijab menurut al-Qur’an dan al-Sunah Pandangan Muthahhari dan al-Maududi, Bandung Mizan, 2013 Shihab, M. Quraish, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah Pandangan Ulama Masa lalu dan cendekiawan kontemporer, JakartaLentera Hati, 2004 Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta Rajawali Press, cet-3, 2012 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung PT Remaja Rosdakarya, 1992 W. Allport, Gordon, The Individual and His Religion, The Macmillan Company; 1962. 32-36. dikutip dari buku Hanna Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1997 Yusron Rozak, dkk. Pendidikan Agama, Jakarta Uhamka Press, 2001 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this dan Aurat Perempuan Antara Tafsir Klasik, Tafsir Kontemporer dan Pandangan Muslim FeminisDaud FathonahK JilbabDaud Fathonah K., "Jilbab, Hijab dan Aurat Perempuan Antara Tafsir Klasik, Tafsir Kontemporer dan Pandangan Muslim Feminis" Jurnal Studi KeIslaman, Volume 3, Nomor 1, Maret Pendidikan MaragustamIslamMaragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global, Yogyakarta Kurnia Kalam Semesta, Diakses pada hari Selasa, tanggal 24 Mei 2016 pukul Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri HidayatullahAnwar MusaddadMusaddad, Anwar "Hubungan antara Jilbab dengan Perilaku Islami", Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Hidayatullah, Jakarta. 2008Hijab menurut al-Qur'an dan al-Sunah Pandangan Muthahhari dan al-MaududiHusein ShahabShahab, Husein, Hijab menurut al-Qur'an dan al-Sunah Pandangan Muthahhari dan al-Maududi, Bandung Mizan, 2013
Pakaianyang baik mendorong seseorang untuk berbuat baik. Dengan demikian, jilbab dapat menghindarkan pemakainya dari bencana. Misalnya terhindar dari gangguan orang iseng. Jilbab juga berfungsi sebagai libasuttaqwa yang mendorong pemakainya berperilaku terhormat. Memakai pakaian tidak hanya sekadar modis, tetapi harus sesuai tuntunan syariat. 3.
rismadeviera rismadeviera B. Arab Sekolah Menengah Atas terjawab Mendorong pemaikainya untuk berperilaku terhormat merupakan fungsi jilbab sebagai ... a. Libasut Taqwa Pakaian taqwab. Khalifah fil Ardhi Menggantikan Allah SWT dalam menegakan kehendakNya dan menerapkan ketetapanNyac. Makhluk Allah SWT Iklan Iklan lisa495 lisa495 taqwmaaf kalau salah srmoga bermanfaat Iklan Iklan Pertanyaan baru di B. Arab 6. bagaimana fiqh dan ushul fiqh memandang masalah etika dalam ekonomi dan bisnis islam lokal dan global? ​ Dalam surat alqausar kita di printahkan untuk solat dan 6. bagaimana fiqh dan ushul fiqh memandang masalah etika dalam ekonomi dan bisnis islam lokal dan global? ​ Jelaskan isi, tulisan latin dan kandungan dari hadis ini 7. apa peran fiqh dan ushul fiqh dalam mengatur hubungan kontrak dan kemitraan dalam tokteks ekonomi dan bisnis islam? ​ Sebelumnya Berikutnya Iklan
Pakaianterhormat, mengundang seseorang untuk berperilaku serta mendatangi tempat-tempat terhormat, sekaligus mencegahnya ke tempat-tempat yang tidak senonoh. Ini salah satu yang dimaksud al-Qur'ân dengan memerintahkan wanita-wanita memakai jilbab. Fungsi perlindungan bagi pakaian dapat juga diangkat untuk pakaian ruhani. Libats al-taqwa.
Jilbab merupakan bagian dari syariat yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang muslimah. Namun seiring perkembangan zaman di era yang lebih modern seperti saat ini, jilbab telah dipandang dan masuk dalam jajaran fashion item bagi kaum wanita. Jilbab tidak lagi tampak sebagai atribut keagamaan yang kuno dan ketinggalan zaman. Terlebih ada fungsi jilbab lainnya selain sebagai perintah agama yaitu dari aspek kesehatan. Melansir dari jilbab di Indonesia sendiri awalnya lebih dikenal dengan sebutan kerudung, yaitu kain untuk menutupi kepala, namun masih memperlihatkan leher dan sebagian rambut. Baru pada awal tahun 1980an istilah jilbab mulai dikenal, yaitu kerudung yang juga menutup leher dan semua rambut. Kesadaran perempuan untuk berjilbab dari hari ke hari menunjukkan hal yang positif. Semakin banyak wanita Muslim yang menjalankan kewajiban menutup aurat. Selain itu pula mengenakan jilbab juga memiliki banyak fungsi atau manfaat tidak hanya untuk penampilan tapi juga kesehatan. Berikut sederet fungsi menggunakan jilbab bagi perempuan dari segi agama dan kesehatan yang dilansir dari dan di antaranya 10 Fungsi Menggunakan Jilbab yang Wajib Diketahui 1. Menjalankan Perintah Allah SWT Bagi Muslimah Fungsi menggunakan jilbab yang pertama untuk menjalankan perintah Allah SWT. Berjilbab adalah salah satu bentuk menjalankan perintah Allah SWT bagi kaum muslimah. Mengenakan jilbab juga merupakan bentuk takwa dan iman seorang hamba terhadap segala perintah-Nya. Dengan mengikuti perintah-Nya untuk menggunakan jilbab, Anda telah berhasil dalam mematuhi aturan dan kewajiban dari-Nya. Hukum bagi wanita yang tidak mengenakan jilbab dalam agama Islam adalah dosa, seperti yang dijelaskan dalam hadist shahih berikut ini, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda “Aku melihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Perempuan tersebut adalah perempuan yang mengumbar dan mempertontonkan rambutnya kepada laki-laki selain suaminya. Perempuan ini mukanya akan menghitam dan memakan isi perutnya sendiri.” HR. Bukhari dan Muslim. 2. Melindungi Rambut Dari Sinar Matahari Langsung Manfaat menggunakan jilbab berikutnya yaitu melindungi rambut dari paparan sinar matahari secara langsung. Dalam ilmu kesehatan, terik sinar matahari yang memiliki kandungan UV dapat menyebabkan rambut kusam, lepek, berbau, dan kusut. Jika dibiarkan, dapat menimbulkan kerusakan pada rambut. Jilbab membantu meminimalisir paparan tersebut terhadap rambut dan kulit kepala. Pada malam hari, jilbab bermanfaat mengurangi terpaan angin dingin sehingga melindungi suhu tetap agar lebih hangat, mencegah timbulnya gejala-gejala tubuh ekstrim seperti alergi, menggigil, demam, dan lain sebagainya. Artikel terkait Fakta-Fakta Hari Hijab Sedunia 2022 Sejarah hingga Cara Merayakannya 3. Fungsi Jilbab Melindungi Rambut dari Debu dan Kotoran Selain sinar matahari, debu dan kotoran yang tidak terhindarkan di sekitar kita juga mempengaruhi kualitas rambut. Bagi mereka yang memiliki jadwal aktivitas padat dan sering berada di luar ruangan, mencuci rambut secara rutin saja tidak cukup. Salah satu cara ekstra melindungi rambut adalah dengan memakai penutup kepala/jilbab. Manfaat menggunakan jilbab ini tidak hanya dapat dirasakan oleh kalangan muslimah saja, melainkan juga seluruh perempuan dari berbagai agama. 4. Menutupi Kekurangan Pada Rambut Sebagai manusia, tentu fisik kita tidak luput dari kekurangan. Wajar saja apabila setiap orang ingin menutupi aib mereka di hadapan umum dan menampakkan kebaikan, asalkan tidak dalam rangka menyombongkan diri atau riya’ yang menyebabkan amalan baik menjadi tidak diterima. Menutup kekurangan pada rambut menjadi salah satu manfaat menggunakan jilbab bagi sebagian orang. 5. Fungsi Jilbab Membuat Penampilan Terlihat Lebih Anggun Manfaat menggunakan jilbab selanjutnya yaitu untuk membuat penampilan Anda terlihat lebih anggun dan cantik. Dengan jilbab, ada kesan pendewasaan dan keanggunan yang terpancar dari pemakainya. Penampilan seseorang yang mengenakan jilbab juga cenderung terlihat rapi, menambah nilai feminin. Dengan menutup aurat secara baik dan benar, penampilan Anda akan nampak lebih anggun dan berkesan. Artikel terkait 16 Gaya Hijab Muslimah Berbagai Negara, Ternyata Indonesia Paling Trendy! 6. Menghindari Pandangan-Pandangan Buruk Lawan Jenis Selain 5 manfaat diatas, manfaat menggunakan jilbab lainnya ialah mencegah munculnya pandangan lawan jenis yang dapat menimbulkan mudharat. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan sama-sama diperintahkan untuk menjaga kehormatan masing-masing. Laki-laki harus menjaga pandangannya dan perempuan menjaga auratnya. Apa yang menjadi tujuan dalam berjilbab adalah untuk melindungi diri sang pemakai itu sendiri dengan cara menghindarkan perempuan dari ancaman-ancaman di dunia dan siksa di akhirat. Ketika seorang laki-laki bermaksiat pandangannya kepada seorang perempuan sebab kelalaiannya dalam menjaga aurat, dosa tidak hanya ditanggung oleh sang laki-laki namun juga si perempuan. 7. Fungsi Jilbab Mencegah Pigmentasi Kulit Salah satu hikmah memakai jilbab yang dapat dirasakan langsung di dunia adalah kulit kepala terlindungi dari sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat pigmentasi kulit, proses pigmentasi yang cepat dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit. 8. Mencegah Rambut Berantakan Ketika Berkendara Bagi Anda yang menggunakan motor sebagai sarana transportasi, Manfaat menggunakan jilbab yang satu ini pasti sangat terasa manfaatnya. Jilbab sangat membantu Anda dalam mengkondisikan rambut selama berkendara. Belum lagi, seringkali kita dihadapkan pada kondisi cuaca yang tidak menentu dan tidak terprediksi. Misalnya cuaca berangin, panas terik, hujan, dan lain sebagainya. Artikel terkait 10 Style Hijab Kekinian, Penampilan Makin Stylish di Bulan Ramadan 9. Cegah Kontaminasi Virus/Bakteri Manfaat menggunakan jilbab yang keenam untuk membantu mencegah kontaminasi virus atau bakteri yang disebabkan oleh kepala atau rambut. Dewasa ini, beberapa jenis pekerjaan dan profesi tertentu mengharuskan karyawannya untuk menutupi kepala dan rambut guna menjaga kebersihan dan kehigienisan di lingkungan pekerjaan. Misalnya perawat, pekerja di restoran cepat saji, klinik, dan yang lainnya diimbau untuk menggunakan penutup kepala untuk mencegah kontaminasi atau jatuhnya helai-helai rambut pada makanan. Dengan mengenakan jilbab, Anda telah ikut berpartisipasi jauh sebelumnya untuk menjaga dan menaati tata tertib pada kasus ini. 10. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Poin terakhir dari ialah meningkatkan rasa percaya diri. Wanita muslimah yang mengenakan jilbab dapat dengan mudah menutupi kekurangan-kekurangan pada fisiknya. Seperti misalnya rambut yang sedang kering atau lepek, warna kulit leher yang lebih gelap dari wajah, atau bekas luka. Meski hal ini tidak boleh dijadikan dasar utama dalam niat untuk berjilbab, namun dengan jilbab Anda bisa menjalankan perintah dan ketetapan-Nya sekaligus membantu diri sendiri untuk tampil lebih percaya diri dengan tidak menunjukkan kekurangan yang Anda miliki kepada orang lain. Sebagai seorang muslimah, juga sudah sepatutnya kita merasa puas dan percaya diri ketika berpenampilan sesuai dengan perintah agama. Sikap ini berbeda dengan rasa sombong atau riya’, melainkan kebanggaan sebagai seorang muslimah yang berusaha mendapatkan ridhoNya. Nah, Parents, itulah sederet fungsi atau manfaat dari mengenakan jilbab dari sudut pandang agama Islam dan kesehatan. Semoga informasi ini berguna untuk Anda. Baca juga Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
Homepage/ Siswa / Mendorong pemakainya untuk berperilaku terhormat merupak fungsi jilbab sebagai. Mendorong pemakainya untuk berperilaku terhormat merupak fungsi jilbab sebagai Jawaban : Fungsi jilbab sebagai orang menggunakan adalah untuk menutupi aurat rambut bagian kepala Sebarkan ini: Posting terkait: Berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu merupakan pekerjaan yang hampir setiap hari kita lakukan. Islam sebagai agama sempurna mengatur atau memberi rambu-rambu tentang hal-hal tersebut. Bagaimana adab yang ditentukan Islam dalam hal berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu?. Sebelum kita bahas lebih lanjut ada baiknya terlebih dahulu memperhatikan peta konsep pembahasan tentang Etika Adab dalam Hidup Sehari-hari Menurut Ajaran Islam. Adab Berpakaian dan Berhias 1. Adab Berpakaian Pakaian termasuk kebutuhan mendasar bagi manusia. Setiap hari dan setiap saat kita memakai pakaian. Pakaian yang dikenakan melindungi pemakainya dari panas, hujan, dan dingin. Setiap muslim dan muslimah dituntut untuk berpakaian sesuai dengan ajaran Islam. Seorang muslim atau muslimah dilarang mengenakan pakaian yang hanya mengikuti tren dengan mengabaikan aturan agama. Allah Swt. menjelaskan adab berpakaian dalam ayatnya yang artinya. Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya auratnya, kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya auratnya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan sesama Islam mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki tua yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. an-Nur 30-31 Adab berpakaian yang diajarkan Islam bagi wanita cenderung lebih ketat dari pria. Wanita muslimah dituntut untuk hanya menampakkan beberapa bagian kecil tubuhnya. Pada dasarnya pakaian bagi kaum pria hampir sama dengan wanita, yaitu menutup aurat. Akan tetapi, aurat pria lebih sempit dibanding dengan aurat wanita. Oleh karena itu, aturan berpakaian bagi pria lebih longgar. Ada adab berpakaian yang perlu diperhatikan oleh pria dan wanita yaitu dengan mencermati hadis dari Abu Hurairah sebagai berikut. Artinya Rasulullah saw. melarang lelaki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. Abu Daud Bagi umat Islam, pakaian memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. a. Fungsi Penutup Aurat Fungsi pertama pakaian adalah menutup aurat. Fungsi sebagai penutup aurat merupakan fungsi paling mendasar dibanding fungsi-fungsi yang lain. Perintah berjilbab misalnya merupakan perintah untuk menutup aurat. Jika aurat tidak ditutup, dapat menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Berkaitan dengan fungsi penutup aurat, Allah Swt. berfirman seperti berikut. Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat Al-A’raf 27 b. Fungsi Takwa Fungsi kedua pakaian adalah fungsi takwa. Pakaian akan melindungi pemakainya baik secara fisik maupun psikis. Pakaian tidak dapat menyebabkan seseorang terhormat. Akan tetapi, pakaian dapat mendorong seseorang berperilaku terhormat, misalnya ketika memakai baju takwa seseorang akan terdorong untuk melakukan perbuatan yang terhormat seperti salat dan mengaji. Selain itu, pakaian dapat mendorong seseorang untuk mendatangi tempat-tempat terhormat. Sebaliknya, pakaian yang sembarangan atau bahkan cenderung nakal akan mengundang masalah datang pada kita. Tatapan nakal akan segera menghampiri. Tidak jarang tindakan nakal juga akan mendekat. Pakaian yang baik mendorong seseorang untuk berbuat baik. Dengan demikian, jilbab dapat menghindarkan pemakainya dari bencana. Misalnya terhindar dari gangguan orang iseng. Jilbab juga berfungsi sebagai liba-suttaqwa- yang mendorong pemakainya berperilaku terhormat. c. Fungsi Penunjuk Identitas Pakaian yang dikenakan oleh seseorang dapat menjadi penunjuk identitas bagi orang tersebut. Misalnya, anak yang memakai baju biru putih berarti murid sekolah menengah pertama SMP. Seorang muslim diharapkan memakai pakaian yang dapat menggambarkan identitasnya sebagai muslim. Pakaian yang dipakai terutama oleh seorang muslimah dapat menjadi penunjuk identitas, bahwa dia adalah seorang pemeluk Islam. Jilbab yang dikenakan oleh seseorang menjadi penunjuk bahwa dia adalah seorang muslimah. 2. Adab Berhias Manusia tidak saja membutuhkan pakaian untuk menutup aurat. Manusia memerlukan pakaian sebagai perhiasan. Dalam hal ini pakaian berfungsi sebagai risyan. Pakaian tidak hanya berfungsi menutup aurat, tetapi juga dapat mempercantik atau memperelok pemakainya. Jilbab dan busana muslim terus berkembang mengikuti mode. Jilbab tidak hanya sebagai penutup aurat tetapi juga sebagai sarana mempercantik diri. Berhias bagi manusia merupakan naluri. Akan tetapi, agama Islam memberi batasan agar seseorang tidak terjerumus oleh hawa nafsunya. Islam tidak ingin pemeluknya termakan oleh bujuk rayu setan. Sejalan dengan fungsi pakaian sebagai penunjuk identitas, dalam berhias umat Islam harus memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut yang membedakannya dengan pemeluk agama lain. Berkaitan dengan materi yang kita bahas, Allah Swt. berfirman seperti berikut yang artinya. . . . dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orangorang jahiliah dahulu . . . . al-Ahzab 33 Dalam ayat di atas Allah Swt. melarang umat Islam berhias seperti orang-orang jahiliah. Dalam hal berpakaian dan berhias umat Islam dilarang berlaku seperti orang-orang jahiliah. Umat Islam hendaknya berpakaian dan berhias yang dapat menunjukkan identitas sebagai muslim. Ingatlah kembali kisah Adam dan Hawa di surga. Adam dan Hawa termakan oleh bujuk rayu setan. Mereka memetik dan menikmati buah terlarang. Aurat mereka pun terbuka dan ditutupi dengan daun-daun surga. Mereka pun terusir dari surga dan diturunkan ke bumi. Terdapat dua pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa yang menimpa Adam dan Hawa di surga. Pertama, ide membuka aurat merupakan ide setan. Setan membujuk manusia agar membuka auratnya. Setan menyukai seseorang atau manusia yang membuka aurat. Kedua, Adam dan Hawa diusir dari surga sebab termakan bujuk rayu setan. Siapa pun yang terjebak oleh bujuk rayu setan akan menjauh dari Allah Swt. dan Dia akan memberi balasan sesuai amal perbuatannya. Adab dalam Perjalanan Bepergian merupakan suatu pekerjaan yang hampir setiap hari Anda lakukan. Seorang yang bekerja di kantor melakukan perjalanan dari rumah menuju kantor. Pedagang melakukan perjalanan dari rumah menuju pasar dan seterusnya. Semua itu dilakukan hampir setiap hari. Secara umum adab dalam perjalanan yang diajarkan Islam sebagai berikut. 1. Mempersiapkan Bekal Perjalanan yang dilakukan tidak hanya perjalanan dengan jarak yang dekat. Kadang Anda harus pergi ke luar kota untuk suatu keperluan. Perjalanan jarak jauh atau dekat yang dilakukan, persiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama perjalanan. Persiapkan bekal berupa uang untuk keperluan Anda. Jumlah uang yang Anda bawa hendaknya disesuaikan dengan keperluan. Jangan terlalu sedikit atau terlalu banyak. Jika Anda bepergian dengan kendaraan umum, uang cash yang dibawa sebaiknya cukup untuk ongkos angkutan dan keperluan makan. Sisanya dapat disimpan di bank yang dapat diambil sewaktu-waktu. Bekal selama perjalanan juga harus dipersiapkan. Makanan atau minuman perlu dipersiapkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Anda dapat mempersiapkan dari rumah atau membeli dalam perjalanan. Hal ini dimaksudkan agar Anda tidak merepotkan orang lain dalam perjalanan. 2. Mempersiapkan Kendaraan dan Kelengkapannya Kendaraan yang akan dipergunakan harus diperhatikan. Periksa kondisi kendaraan Anda dengan saksama. Periksa mesin, bahan bakar, kondisi ban, tekanan angin ban, rem, dan beberapa bagian lainnya. Bepergian dengan kendaraan yang tidak layak jalan dapat membahayakan keselamatan. Misalnya, bepergian dengan kendaraan tanpa rem dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Jika mempergunakan kendaraan umum, sebaiknya Anda memilih angkutan yang layak jalan sehingga tidak mogok di tengah perjalanan. Kendaraan yang prima mendukung Anda sampai di tempat tujuan tepat waktu. Jika kendaraan yang dipergunakan adalah motor, jangan lupa mempersiapkan helm. Helm yang dipakai harus memenuhi standar keselamatan. Helm harus pas di kepala, tidak terlalu sempit atau terlalu longgar. Tali pengikat helm juga harus mendapat perhatian. Selanjutnya, persiapkan sarung tangan. Sarung tangan akan menyerap keringat yang keluar selama perjalanan. Memakai sarung tangan menyebabkan tangan Anda tidak licin. Tangan yang licin dapat membahayakan keselamatan Anda. Jangan lupa memakai alas kaki dan jaket Jika ada orang lain yang membonceng, persiapan di atas juga mesti dilakukan. Selain itu, jangan membawa beban yang melebihi kapasitas. Terlalu banyak membawa beban dapat mengganggu kenyamanan dalam berkendara. Setelah kendaraan dalam kondisi siap jalan, cek kembali keperluan atau bekal yang dibawa. Pastikan badan Anda dalam kondisi prima untuk melakukan perjalanan. Periksa kembali surat-surat kendaraan seperti SIM Surat Izin Mengemudi dan STNK Surat Tanda Nomor Kendaraan. Berdoalah sebelum melakukan perjalanan untuk memohon perlindungan Allah Swt. 3. Memilih Pemimpin Rombongan Adakalanya perjalanan dilakukan lebih dari satu orang. Dalam keadaan demikian, sebaiknya dipilih pemimpin rombongan. Perhatikan hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw. bersabda yang artinya. Apabila ada tiga orang bepergian hendaklah mereka memilih seorang di antara mereka untuk menjadi pemimpin rombongan. Ibnu Majah 4. Mengutamakan Hari Kamis atau Pagi Hari Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perjalanan sebaiknya dilakukan pada hari Kamis atau pagi hari. Adapun bepergian pada hari Kamis terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Kaab bin Malik, ia berkata, "Jarang sekali Rasul saw. keluar untuk bepergian, kecuali dilakukan pada hari Kamis." Melakukan perjalanan pada pagi hari diharapkan sampai tujuan sebelum malam. Bertamu atau sampai di rumah pada malam hari dapat mengganggu istirahat tuan rumah atau keluarga. Perhatikan hadis dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda Artinya Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah berdoa, ”Ya Allah, berkatilah umatku pada waktu pagi hari.” Ibnu Ma-jah 5. Berdoa Sebelum Melakukan Perjalanan Sebelum melakukan perjalanan sebaiknya berdoa terlebih dahulu untuk memohon perlindungan Allah Swt. Doa orang yang sedang dalam perjalanan akan dikabulkan selama tidak untuk berbuat maksiat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmizi Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Ada tiga macam doa yang pasti dikabulkan, yaitu doa orang yang teraniaya, doa orang yang dalam bepergian, dan doa orang tua kepada anaknya." Selain itu, sebelum melakukan perjalanan jauh disunahkan untuk melaksanakan salat sunah dua rakaat. 6. Menaati Rambu-Rambu Lalu Lintas Ketika berada di jalan raya perilaku sopan atau etika di jalan harus diterapkan. Kendarai kendaraan Anda di sebelah kiri dengan kecepatan sedang. Jangan memacu kendaraan Anda terlalu kencang atau terlalu pelan. Patuhi rambu-rambu lalu lintas. Jangan tergoda oleh pengendara lain yang melanggar lampu lalu lintas. Melanggar rambu-rambu lalu lintas dapat membahayakan keselamatan jiwa. Berilah kesempatan kepada kendaraan lain yang ingin mendahului. Jika Anda ingin mendahului kendaraan lain, lakukan dengan sopan. Anda dapat memberi isyarat dengan membunyikan klakson atau tanda lain. Jangan mengerem kendaraan secara mendadak sebab berbahaya bagi keselamatan Anda dan orang lain. Jika kendaraan umum menjadi pilihan, selama perjalanan Anda harus tetap memerhatikan sopan santun. Dahulukan kaki kanan ketika naik dan kaki kiri ketika turun. Jika ada ibu hamil, orang tua, atau orang yang membutuhkan bantuan dan Anda mendapatkan tempat duduk, ikhlaskan tempat duduk Anda untuk orang-orang tersebut. 7. Tidak Berbuat Kerusakan Selama dalam perjalanan Anda dilarang membuat kerusakan. Misalnya merusak tanaman, membuang sampah sembarangan, mencoretcoret batu, dan beberapa hal lainnya. Selama perjalanan antaranggota rombongan harus tolong-menolong satu sama lain. Jika ada anggota rombongan yang menemui kesulitan, anggota yang lain mesti membantunya. Selama dalam perjalanan, kebersihan harus tetap dijaga, misalnya tidak buang air kecil atau besar sembarangan. 8. Segera Kembali Setelah Urusan Selesai Setelah semua urusan selesai, segeralah pulang. Usahakan sampai di rumah tidak terlalu malam ketika anggota keluarga telah beristirahat. Sampai di rumah terlalu malam dapat mengganggu istirahat keluarga. Ucapkan syukur kepada Allah Swt. yang telah memberi keselamatan. Adab Bertamu dan Menerima Tamu 1. Adab Bertamu Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memerlukan interaksi dengan sesama maupun makhluk lain. Dalam hubungannya dengan sesama, manusia kadang perlu berkunjung ke rumah sesama. Berkunjung ke rumah teman atau saudara disebut bertamu. Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan umatnya adab bertamu. Dalam bertamu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tuan rumah atau orang lain tidak terganggu. Adab bertamu merupakan hal kecil. Akan tetapi, jika tidak dipraktikkan akan dapat mengganggu ketenangan. Di antara adab bertamu sebagai berikut. a. Memilih Waktu yang Tepat Jika ingin bertamu ke rumah teman atau saudara, Anda harus memilih waktu yang tepat untuk bertamu. Jangan bertamu pada jam istirahat. Misalnya bertamu terlalu larut malam atau tengah hari. Waktu-waktu tersebut merupakan waktu istirahat. Bertamu pada jam istirahat dapat mengganggu istirahat tuan rumah. Bertamulah ketika tuan rumah sedang bersantai. b. Memperbaiki Niat Niat merupakan landasan dasar dalam berbuat atau beramal. Niatkan kedatangan Anda bertamu sebagai sarana menjalin silaturahmi selain menunaikan tujuan bertamu. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan pahala sebagai bekal kehidupan di akhirat. Selain itu, tujuan Anda bertamu juga dapat terlaksana dengan baik. c. Memberitahukan Perihal Kedatangannya Sebelum bertamu ada baiknya Anda memberi kabar kepada tuan rumah. Hal ini karena tidak setiap saat seseorang dapat menerima tamu. Jika tuan rumah sedang sibuk, Anda dapat membatalkan kedatangan Anda. Kadang tuan rumah hanya memiliki waktu sebentar sehingga tidak dapat menjamu tamu dengan baik. Memberitahukan perihal kedatangan dapat meminimalisasi terjadinya hal tersebut. Ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi rencana kedatangan Anda. Anda dapat mempergunakan telepon, surat, email, dan berbagai cara lain. d. Meminta Izin Masuk Sebelum masuk ke rumah orang lain Anda harus meminta izin. Anda dapat mengetuk pintu kemudian mengucap salam. Islam melarang umatnya masuk ke rumah orang lain tanpa izin. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini. Artinya Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat. an-Nur 27 Surah an-Nur ayat 27 menjelaskan larangan memasuki rumah orang lain tanpa izin kepada pemiliknya. Jelaslah sudah bahwa Anda harus meminta izin kepada pemilik jika ingin memasuki rumah orang lain. Meminta izin kepada tuan rumah dimaksudkan agar tuan rumah siap menerima tamu. Selain itu, mungkin saja di dalam rumah terdapat rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain. Jika kita memasuki rumah orang lain tanpa izin, mungkin saja tuan rumah belum siap atau dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk menerima tamu. Bagaimana jika kita sudah mengetuk pintu dan mengucap salam, tetapi tidak ada sahutan dari penghuninya? Perhatikan firman Allah Swt. berikut. Artinya Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ”Kembalilah!” Maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. an-Nur 28 Jika orang yang hendak bertamu telah mengucap salam tetapi tidak ada sahutan dari tuan rumah, Allah melarang orang tersebut untuk masuk. Setelah mengetuk pintu dan mengucap salam sebanyak tiga kali dan tidak ada jawaban, sebaiknya Anda kembali. Jika ada jawaban tetapi tuan rumah menyuruh Anda untuk kembali pulang, kembalilah. Hal tersebut lebih baik bagi orang yang hendak bertamu. Tuan rumah yang menyuruh tamunya kembali tentu memiliki alasan. Mungkin saja tuan rumah sedang tidak ingin diganggu atau ada pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan. Islam memperbolehkan umatnya memasuki rumah yang tidak berpenghuni jika ada keperluan di dalamnya. Apakah kita harus meminta izin? Jika rumah yang akan dimasuki adalah rumah yang tidak berpenghuni, tetapi terdapat keperluan di dalamnya kita boleh masuk ke dalamnya. Akan tetapi, jika rumah kosong tersebut ada pemiliknya dan masih dapat dihubungi sebaiknya Anda meminta izin untuk memasukinya. Allah Swt. berfirman seperti berikut. Artinya Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak dihuni, yang di dalamnya ada kepentingan kamu; Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. an-Nur 29 e. Memperkirakan Lama Waktu Bertamu Ketika bertamu sebaiknya Anda tidak lupa waktu. Bertamu sebaiknya tidak terlalu lama. Bertamu dalam waktu yang terlalu lama dapat mengganggu aktivitas tuan rumah. Mungkin saja tuan rumah masih memiliki keperluan lain yang tidak dapat dikerjakan ketika Anda masih bertamu. Oleh karena itu, batasi waktu untuk bertamu agar tidak mengganggu tuan rumah. f. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut Seseorang yang bertamu harus berwajah ceria. Wajah yang muram dapat mengganggu suasana pertemuan. Selain itu, Rasulullah saw. mengajarkan umatnya untuk melakukan kebaikan-kebaikan meskipun kecil. Misalnya menemui saudara atau orang lain dengan wajah ceria. Oleh karena itu, bertamulah ke rumah teman atau saudara dengan wajah yang ceria. Selain itu, ketika bertamu Anda juga harus bertutur kata yang sopan. Tutur kata kasar tidak disukai oleh semua orang termasuk tuan rumah. Berkatalah dengan perkataan yang baik. Jika tidak bisa, lebih baik diam. 2. Adab Menerima Tamu Jika ada yang bertamu, ada pula orang yang menerima tamu. Islam tidak hanya mengajarkan adab bertamu, tetapi juga mengajarkan adab menerima tamu. Di antara adab menerima tamu dalam Islam sebagai berikut. a. Menjawab Salam Jika ada orang yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam, sunah hukumnya untuk menjawab salam. Oleh karenanya, jika ada yang mengetuk pintu dan mengucap salam hendaknya kita jawab salamnya. Selain itu, jika ada tamu yang datang sedangkan Anda tidak mengetahui nama atau siapa dia, Anda diizinkan untuk menanyakannya. b. Boleh Menolak Tamu Tuan rumah diizinkan untuk menolak tamu yang datang. Jika tuan rumah tidak memiliki waktu, ia dapat menolak kedatangan tamu. Selain itu, tuan rumah yang sedang tidak mau diganggu juga dapat menolak tamu. Selain itu, seorang istri wanita boleh menolak kedatangan tamu laki-laki jika ia berada di rumah sendirian. Begitu juga sebaliknya, seorang suami laki-laki boleh menolak kedatangan tamu wanita jika dia sendirian di rumah. c. Menemui Tamu dengan Wajah Berseri Tamu hendaknya disuruh masuk kemudian duduk di tempat yang telah disediakan. Menemui tamu hendaknya dilakukan dengan wajah berseri. Jika tamu datang dengan wajah berseri dan tuan rumah menemui dengan wajah berseri, suasana pertemuan lebih ramah dan nyaman. Bayangkan jika tamu datang dengan wajah cemberut dan tuan rumah menemui dengan wajah cemberut, suasana menjadi tidak nyaman. d. Memakai Pakaian yang Sopan Tuan rumah hendaknya menemui tamu dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan harus dikenakan tidak hanya ketika menemui tamu, tetapi pada setiap saat. e. Menyediakan Hidangan bagi Tamu Tuan rumah hendaknya menyediakan hidangan bagi tamu yang datang. Akan tetapi, jika tidak mampu, tuan rumah tidak perlu memaksanya. Hidangan biasanya berupa minuman dan makanan kecil. Jika ada tamu yang menginap, sebisa mungkin tuan rumah menyediakan keperluannya. Dengandemikian, jilbab dapat menghindarkan pemakainya dari bencana. Misalnya terhindar dari gangguan orang iseng. Jilbab juga berfungsi sebagai liba-suttaqwa- yang mendorong pemakainya berperilaku terhormat. fc. Fungsi Penunjuk Identitas Pakaian yang dikenakan oleh seseorang dapat menjadi penunjuk identitas bagi orang tersebut.
Wanita yang berijilbab secara sempurna akan memaksa setiap laki-laki yang melihatnya untuk menundukkan pandangan dan bersikap hormat, mereka juga menyimpulkan, bahwa dia adalah wanita merdeka, terhormat dan berwibawa. Sebagai firman Allah SWT yaitu             Artinya Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu 59 51 Sedangkan wanita yang menampakkan aurat dan keindahan tubuh serta paras kecantikannya, laksana pengemis yang merengek - rengek untuk dikasihani. Hal ini jelas mengundang perhatian laki laki yang hobi menggoda dan mempermainkan kaum wanita, sehingga mereka menjadi mangsa laki - laki bejat dan rusak tersebut. Dia ibarat binatang buruan yang datang sendiri ke perangkap sang pemburu, akhirnya, ia menjadi wanita yang terhina, terbuang, tersisih, dan kehilangan harga diri serta kesucian dan dia telah menjerumuskan dirinya kedalam kehancuran dan melapetaka hidup. 51 Ibid . h. 341 f. Jilbab wujud rasa malu Aurat merupakan sebuah aib dan barang siapa yang menampakkan auratnya dengan sengaja kepada orang lain maka telah hilanglah rasa malunya. Rasulullah SAW bersabda Artinya Sungguh setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak itu adalah rasa malu HR. Ibnu Majjah Malik dan Al-Baihaqi. 52 Sabda beliau yang lain Artinya Malu dan iman itu bergandengan bersama bila salah satunya diangkat maka yang lain pun akan terangka t HR Al- Baihaqi, dan Bukhari dalam Al-Adab-Al Mufrad. 53 Membuka Aurat tidak berjilbab mengundang kemurkaan Allah SWT dan azabnya yang pedih. Rasulullah SAW pernah bersabda 52 Yayasan Hizbah, Mengapa Muslim Harus Berhijab , Edisi 05, h. 5 53 Ibid , h. 5 Artinya “ Ada dua golongan diantara penghuni neraka yang belum melihatnya sekarang golongan yang kedua adalah wanita -wanita yang berpakaian tetapi telanjang… mereka itu akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya padahal bau surga itu da pat tercium dari jarak dan sekian yakni dari jauh HR. Muslim 54 Syarat-syarat jilbab yang sesuai dengan syariat 1. Hendaknya Jilbab tersebut dari kain yang tebal tidak menampakan warna kulit tubuh transparan. 2. Hendaknya jilbab tersebut tidak berwarna warni dan bermotif 3. Jilbab tersebut bukan pakaian kebanggaan dan kesombongan di dunia dan akhirat, maka Allah akan mengenakan pakaian kehinaan di hari kiamat kemudin dibakar dengan neraka 4. Hendaknya hijab tersebut tidak diberi parfum atau wewangian 5. Hendaknya pakaian atau jilbab yang dikenakan tidak menyerupai pakaian laki- laki atau pakaian kaum wanita kafir. 6. Hendaknya Pakaian atau jilbab yang dikenakan tersebut tidak untuk dipamerkan kepada orang lain. 55 54 Ibid , h. 5 55 Ibid , h. 5-6 2 Kegunaan memakai Jilbab bagi seorang muslimah a. Untuk melindungi pemakainya dari sengatan panas patahari terhadadap jasmani Dimensi kesehatan. b. Untuk menutupi bagian tubuh yang tidak layak dilihat oleh orang lain dan menambah keindahan bagi pemakainya dimensi etika dan estetika. c. Untuk menunjukan identitas diri seseorang muslim, rasa pengabdian kepada Allah Dimensi aqidah, ibadah, dan lambang identitas diri manusia. 56 Sebagaimana layaknya makhluk hidup lain, manusia yang membutuhkan busana lebih sempurna dibandingkan makhluk lain, seperti dipahami bahwa tujuan pemakaian busana adalah untuk mempertahankan diri manusia dari pengaruh alam baik bumi maupun langit. Allah Swt berfirman                            Artinya Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian baju besi yang memelihara 56 Abu syuqoh, Busana dan Perhia san Menurut Al- Qur’an dan As -sunah , Bandung Mizan, 1995, h. 27 kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri kepada-Nya. QS. An- Nahl 81 57 Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa fungsi pakaian seiring dengan kondisi dan kebutuhan manusia, begitu halnya dengan busana muslimah, dimana busana ini dapat memelihara diri manusia dari alam. Selain dari fungsi busana muslimah di atas berikut dijelaskan manfaat pemakaian jilbab diantaranya a Sebagai identitas seorang muslimah Allah memberikan kewajiban untuk berjilbab agar para wanita mukmin mempunyai ciri khas dan identitas tersendiri yang membedakannya dengan orang- orang non muslim. Dalam sebuah hadits dikatakan Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari golongan mereka. HR. Abu Ahmad dan Abu Daud. b Meninggikan derajat wanita muslim muslimah Dengan mengenakan jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak membuka auratnya di sembarang tempat, maka seorang muslimah itu bagaikan sebuah batu permata yang terpajang di etalase yang tidak sembarang orang dapat mengambil dan memilikinya. Dan bukan seperti batu yang berserakan di jalan dimana 57 Departeman Agama RI , ., h. 220 setiap orang dapat dengan mudah mengambilnya, kemudian menikmatinya, lalu membuangnya kembali. c Mencegah dari gangguan laki-laki tak bertanggung jawab Hal ini mudah dipahami karena dengan seluruh tubuh tertutup kecuali muka dan telapak tangan, maka tidak akan mungkin ada laki-laki iseng yang tertarik untuk menggoda dan mencelakakannya selama ia tidak berperilaku yang berlebih-lebihan. Sehingga kejadian-kejadian seperti perkosaan, perzinaan, dan sebagainya dapat dihindarkan. Memperkuat kontrol sosial Seseorang yang ikhlas dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauihi larangan-Nya khususnya dalam mengenakan busana muslimah, Insya Allah ia selalu menyadari bahwa dia selalu membawa nama dan identitas Islam dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga apabila suatu saat dia melakukan kekhilafan maka ia akan lebih mudah ingat kepada Allah dan kembali ke jalan yang diridhoi- Nya. C. Remaja 1 Pengertian Remaja Dilihat dari sisi kejiwaan, menurut Zakiah Daradjat bahwa masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa. 58 Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak- kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Kartini Kartono mengungkapkan “masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak- kanak dengan masa dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual. Disisi lain Sri Rumini dan Siti Sundari “menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspekfungsi untuk memasuki masa dewasa”. World Health Organization WHO mendefinisikan remaja adalah suatu masa ketika a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. 58 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama , Jakarta Bulan Bintang, 1970, h. 69 Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. 2 Tinjauan Masa Remaja
.